Laman

Rabu, 05 Januari 2011

Alif Kecil

Malam ini aku terbangun tepat jam 11 malam. Akhirnya, bisa tidur walau 1 jam. Biasanya, aku mengalami kesulitan untuk tidur beberapa malam ini. Sebelum terbangun, aku sempat menulis status seorang teman di fesbuk,  yang temanya mengenai stop eksploitasi anak jalanan. Kemudian, secara bersamaan, ada seorang teman lainnya yang menyapaku dan kita teringat seorang teman di kelas 1 SMA, namanya Alif. 


Saat kubuka layar laptopku, aku membuka beberapa situs MP3 dan video klip, tujuannya mencari beberapa lagu nasyid, agar menguatkan hatiku yang saat tidur  tadi dadaku terasa berdetak tak seperti biasanya. 


Spontan saja, aku teringat grup Snada. Zaman SMA dulu aku rajin mengoleksi kaset-kaset dari grup ini, karena aku suka syair dan irama nasyidnya. Di lembar pertama, kutemukan lagu Alief Kecil. Pas sekali dengan tema di atas, anak jalanan yang bernama Alief. :-)




Liriknya: Ketika malam datang mencekam, kulihat Alief Kecil yang malang. Duduk tengadah ke langit yang kelam, meratapi nasib diri. Kilat menyambar hujan pun turun, semakin basah hatinya yang resah. Kapankah semua ini kan berakhir? Di jalanan penuh duri. Ya Allah, tunjukkan jalan-Mu pada si Alif kecil. Agar ia dapat menahan cobaan dan rintangan yang datang menghadang. 

Kilat menyambar hujan pun turun, semakin basah hatinya yang resah. Kapankah semua ini kan berakhir? Di jalanan penuh duri. Ya Allah, tunjukkan jalan-Mu pada si Alif kecil. Agar ia dapat menahan cobaan dan rintangan yang datang menghadang. Ya Allah, kuatkan hati pada si Alif kecil. Agar terbebas dari tirani, menuju cahya Ilahi ... menuju cahya Ilahi.





Aku mendengar lagu ini beberapa kali dan badanku terasa gemetar dan hatiku tersentuh dengan lirik ini. Mengingat masa kuliah dulu, menjelang sore di Bulan Ramadhan aku ikut kegiatan sosial di kampus mengajak anak jalanan di sekitar stasiun kereta api agar mau mengikuti acara Ramadhan di Balaikota Bogor.



Ternyata, mengajak mereka untuk ikut kegiatan Islami dan menjanjikan makanan gratis adalah pekerjaan yang tidak mudah. Kulihat beberapa wajah diantara mereka begitu apatis, lurus tanpa respon. Mereka menghindari kami, dan kulihat mereka menggegam secarik kertas yang dilapisi lem dan menghirupnnya beberapa kali.

Aku tidak tahu untuk apa mereka melakukan seperti aktivitas seperti itu. Kebetulan ada seorang Bapak yang sering berada di lingkungan ini. Bapak tsb memberitahu kami, mereka menghindari kami karena mereka mengira kami adalah petugas Departemen Sosial. Mereka tidak mau ditangkap dan dibina di sana, mereka sudah terbiasa dan senang hidup bebad di jalanan mencari uang. 

Kita mengenal dan tahu situasi bila kita mau berinteraksi dan mengamati pola kehidupan mereka sehari-hari. Anak-anak tersebut mencari uang dengan latar belakang tujuan yang berbeda. Ada yang mencari  uang untuk membeli beras, untuk membantu ibunya yang sudah ditinggalkan bapaknya menikah dengan wanita lain. Ada juga yang sekedar mencari uang untuk jajan atau membeli sejumlah barang yang mereka butuhkan.

Pemandangan ini banyak kita temukan di negara miskin seperti kita. Teringat ucapan salah seorang teman berkewarganegaraan asing, dia bingung bagaimana masyarakat Indonesia dapat memenuhi  kebutuhan hidupnya dengan gaji yang jauh lebih kecil dibandingkan pendapatan terendah di negaranya? Sedangkan harga-harga barang di Indonesia nilainya tidak jau berbeda dengan harga di sana.

Ajaib memang, walau terbatas dan miskin, tetapi populasi penduduk kita termasuk ke dalam kelompok negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Baru saja kemarin aku mendengar dari salah satu stasiun tv swasta di Indonesia, berdasarkan hasil riset BPS tahun 2010, masyarakat miskin di Indonesia dengan penghasilan sekitar 2 juta per tahun sebesar 51%, 39% masyarakat menengah 39% dan kaya hanya sebesar 10%. Maaf, aku lupa jumlah pendapatan kelompok masyarakat menengah dan kaya per tahun.

Ya Allah, bukankah Rasulullah mengatakan bahwasanya kemiskinan itu mendekatkan diri kepada kemudhorotan? Sedangkan realita kondisi negara kami adalah seperti ini. Bagaimana caranya kami dapat mengubah keadaan ini? Dan berapa lama yang kami butuhkan agar kehidupan masyarakat dapat sejahtera. Kami sudah mendapatkan kemerdekaan sejak 65 tahun yang lalu. Tetapi kami belum merdeka dari kemiskinan. Ya Allah, tunjukkan jalan menuju cahya Ilahi ..... 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar