Laman

Jumat, 07 Januari 2011

Memaknai Sebuah Doa






Salaam dan doa untuk my Blog's ReaderZ. Pelajaran hari ini yang saya dapat dari kehidupan adalah memaknai arti sebuah doa. Saya memohon kepada Allah agar dapat menjalani hari-hari yang Ia berikan untuk saya dengan niat, tekad dan usaha yang jauh lebih baik dibandingkan hari kemarin. 

Glitter GraphicsAda satu hal dalam hidup saya, yang sebenarnya sudah sangat lama saya minta kepada-Nya yakni mengenai pasangan hidup. Sebagai seorang anak yang dilahirkan dalam keadaan muslim dan dididik dengan nilai-nilai agama dan budaya, saya selalu berusaha untuk mendapatkan yang terbaik dari-Nya. Suka dan duka telah saya rasakan. Lelah, pedih dan tangisan telah mewarnai kehidupan saya dari tahun ke tahun.

Sampai akhirnya, saya pun jatuh kepada sifat yang lemah, tidak yakin lagi atas janji Allah, marah dan berburuk sangka kepada-Nya. Walau saya sadar dan tahu betul mengenai ilmunya bahwa hal itu sangatlah dilarang dalam ajaran Islam. Tapi saya lebih menuruti kata hati saya dan menganggap Allah adalah Tuhan saya namun Ia tidak menyayangi saya.

Tahun 2011, saya memasuki usia yang ke 33 dan sudah 11 tahun lamanya dalam mencari pasangan hidup. Saya selalu berusaha menanamkan keyakinan kepada-Nya walau semua itu sebenarnya tidak mudah, saya selalu pompa diri saya untuk memohon kepada Allah agar hati saya tidak jatuh begitu lemah dan tetap berada di samping-Nya, selalu belajar dan meminta cinta-Nya. 

Dari pengalaman hidup yang sudah saya jalani, terkadang saya tidak mengetahui cara terbaik dalam meminta. Ibarat seorang karyawan akan dekat dan disukai oleh pimpinannya bila ia tahu bagaimana mengambil hatinya. Begitupun saya. Saya merasa, Allah akan mengabulkan doa saya sampai saya menemukan bahasa dan usaha yang terbaik yang bisa saya persembahkan untuk-Nya.

Hal itu akan melahirkan sikap sabar  dan  ikhlas dengan sendirinya. Bagi yang tidak terbiasa dengan hal-hal seperti ini, mereka beranggapan betapa beratnya perintah Allah. Tetapi yang saya rasakan, justru dari kegagalan-kegagalan atau kepahitan hidup yang kita alami, asalkan kita berusaha memompa diri dengan menjaga hati agar senantiasa yakin kepada-Nya, insyaAllah, pada akhirnya nanti ujian itu akan berakhir dengan sendirinya dan hati saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa.


Kembali kepada niat dan usaha semula: "Ya Allah, istiqomahkanlah aku di jalan-Mu dan pertemukanlah aku dengan jodoh yang telah Engkau pilihkan untukku dengan segera di tahun ini dan menikah. Bantulah kami menjadi hamba-Mu yang selalu belajar dan memohon cinta-Mu, selalu bahagia dan ceria. Bantulah kami dalam menyelesaikan segala permasalahan hidup, mendapatkan rezeki yang halal, barokah dan banyak serta bisa diamalkan dan dinikmati oleh kebaikan-kebaikan yang Engkau ridhloi. Dan yang paling penting, janganlah Engkau sedetikpun rela meninggalkan diri kami." 


Amiin Ya Allah, Allohumma Amiin. ^_^




Fitri
d S^mile^Y girl







Kamis, 06 Januari 2011

Lelahnya Belajar Membuat Blog

Terasa capeknya belajar bikin blog. Tapi kalau sudah bisa, hatiku bahagia. Mata lelah dan badanku pegal. Inilah yang dikatakan yang membuat nikmat dalam hidup adalah proses perjuangannya, bukan hasilnya. Bila kita bekerja dengan susah payah, kemudian mendapatkan sejumlah rupiah dan bisa kita belikan barang yang kita impikan, setelah barang itu kita miliki, kenikmatannya mungkin berlangsung beberapa saat saja. Yang akan selalu kuingat itu justru adalah prosesnya dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti. Setelah mengerti, bisa mengamalkan ilmunya kepada yang lain dan memberikan kepuasan batin.

Rabu, 05 Januari 2011

Alif Kecil

Malam ini aku terbangun tepat jam 11 malam. Akhirnya, bisa tidur walau 1 jam. Biasanya, aku mengalami kesulitan untuk tidur beberapa malam ini. Sebelum terbangun, aku sempat menulis status seorang teman di fesbuk,  yang temanya mengenai stop eksploitasi anak jalanan. Kemudian, secara bersamaan, ada seorang teman lainnya yang menyapaku dan kita teringat seorang teman di kelas 1 SMA, namanya Alif. 


Saat kubuka layar laptopku, aku membuka beberapa situs MP3 dan video klip, tujuannya mencari beberapa lagu nasyid, agar menguatkan hatiku yang saat tidur  tadi dadaku terasa berdetak tak seperti biasanya. 


Spontan saja, aku teringat grup Snada. Zaman SMA dulu aku rajin mengoleksi kaset-kaset dari grup ini, karena aku suka syair dan irama nasyidnya. Di lembar pertama, kutemukan lagu Alief Kecil. Pas sekali dengan tema di atas, anak jalanan yang bernama Alief. :-)




Liriknya: Ketika malam datang mencekam, kulihat Alief Kecil yang malang. Duduk tengadah ke langit yang kelam, meratapi nasib diri. Kilat menyambar hujan pun turun, semakin basah hatinya yang resah. Kapankah semua ini kan berakhir? Di jalanan penuh duri. Ya Allah, tunjukkan jalan-Mu pada si Alif kecil. Agar ia dapat menahan cobaan dan rintangan yang datang menghadang. 

Kilat menyambar hujan pun turun, semakin basah hatinya yang resah. Kapankah semua ini kan berakhir? Di jalanan penuh duri. Ya Allah, tunjukkan jalan-Mu pada si Alif kecil. Agar ia dapat menahan cobaan dan rintangan yang datang menghadang. Ya Allah, kuatkan hati pada si Alif kecil. Agar terbebas dari tirani, menuju cahya Ilahi ... menuju cahya Ilahi.





Aku mendengar lagu ini beberapa kali dan badanku terasa gemetar dan hatiku tersentuh dengan lirik ini. Mengingat masa kuliah dulu, menjelang sore di Bulan Ramadhan aku ikut kegiatan sosial di kampus mengajak anak jalanan di sekitar stasiun kereta api agar mau mengikuti acara Ramadhan di Balaikota Bogor.



Ternyata, mengajak mereka untuk ikut kegiatan Islami dan menjanjikan makanan gratis adalah pekerjaan yang tidak mudah. Kulihat beberapa wajah diantara mereka begitu apatis, lurus tanpa respon. Mereka menghindari kami, dan kulihat mereka menggegam secarik kertas yang dilapisi lem dan menghirupnnya beberapa kali.

Aku tidak tahu untuk apa mereka melakukan seperti aktivitas seperti itu. Kebetulan ada seorang Bapak yang sering berada di lingkungan ini. Bapak tsb memberitahu kami, mereka menghindari kami karena mereka mengira kami adalah petugas Departemen Sosial. Mereka tidak mau ditangkap dan dibina di sana, mereka sudah terbiasa dan senang hidup bebad di jalanan mencari uang. 

Kita mengenal dan tahu situasi bila kita mau berinteraksi dan mengamati pola kehidupan mereka sehari-hari. Anak-anak tersebut mencari uang dengan latar belakang tujuan yang berbeda. Ada yang mencari  uang untuk membeli beras, untuk membantu ibunya yang sudah ditinggalkan bapaknya menikah dengan wanita lain. Ada juga yang sekedar mencari uang untuk jajan atau membeli sejumlah barang yang mereka butuhkan.

Pemandangan ini banyak kita temukan di negara miskin seperti kita. Teringat ucapan salah seorang teman berkewarganegaraan asing, dia bingung bagaimana masyarakat Indonesia dapat memenuhi  kebutuhan hidupnya dengan gaji yang jauh lebih kecil dibandingkan pendapatan terendah di negaranya? Sedangkan harga-harga barang di Indonesia nilainya tidak jau berbeda dengan harga di sana.

Ajaib memang, walau terbatas dan miskin, tetapi populasi penduduk kita termasuk ke dalam kelompok negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Baru saja kemarin aku mendengar dari salah satu stasiun tv swasta di Indonesia, berdasarkan hasil riset BPS tahun 2010, masyarakat miskin di Indonesia dengan penghasilan sekitar 2 juta per tahun sebesar 51%, 39% masyarakat menengah 39% dan kaya hanya sebesar 10%. Maaf, aku lupa jumlah pendapatan kelompok masyarakat menengah dan kaya per tahun.

Ya Allah, bukankah Rasulullah mengatakan bahwasanya kemiskinan itu mendekatkan diri kepada kemudhorotan? Sedangkan realita kondisi negara kami adalah seperti ini. Bagaimana caranya kami dapat mengubah keadaan ini? Dan berapa lama yang kami butuhkan agar kehidupan masyarakat dapat sejahtera. Kami sudah mendapatkan kemerdekaan sejak 65 tahun yang lalu. Tetapi kami belum merdeka dari kemiskinan. Ya Allah, tunjukkan jalan menuju cahya Ilahi .....